Feeds:
Pos
Komentar

Seringkali dalam pergaulan sehari-hari kita menjumpai orang yang merasa senang jika dipuji. Atau mungkin kita sendiri yang sering mendapatkan pujian dari kerabat, teman atau bahkan keluarga kita sendiri. Lalu bagaimanakah sikap kita pada saat ita menerima pujian ? senang , bangga atau tersanjung, ataukah  merasa susah hati. Sekarang kita perhatikan diri kita, apakah kita termasuk orang yang senang dipuji atau susah hati bila dipuji.

Sebagai seorang mu’min, hakekat pujian seharusnya kita tujukan hanya kepada Allah SWT, bukan diri kita yang hanya hamba ini. Seorang mu’min jika dipuji orang, malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ada pada dirinya. Siapa yang merasa senang dengan pujian orang terhadap dirinya, berarti ia telah mengijinkan ( memberi kesempatan) kepada syaitan untuk masuk dan merusak iman dan pikirannya.

Seorang mu’min yang sesungguhnya ialah yang tidak merasa dirinya mempunyai  sifat-sifat yang layak untuk dipuji, sebab ia hanya merasa mendapat karunia Allah jika ia dapat berbuat sesuatu yang baik dan sama sekali bukan dari usaha kekuasaan dan kehendak dirinya.

Al Harits Al Muhasiby mengumpamakan orang yang senang akan pujian bagaikan orang yang senang dengan ejekan orang padanya : Andaikan ada orang berkata : Kotorannmu itu tidak berbau, atau berbau harum, lalu engkau gembira dengan keterangan pujian yang demikian, padahal engkau sendiri jijik dan berbau busuk. Maka ketahuilah bahwa kotoran dosa dan jiwa itu lebih busuk dari kotoran orang.

Suatu riwayat menceritakan seorang hakim dipuji oleh orang awam, maka ia menangis lalu ditanya : Mengapakah engkau menangis padahal orang itu memuji padamu ? Jawabnya : ia tidak memuji kepadaku, melainkan setelah mengetahui bahwa ada sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifatnya.

Orang-orang zahid (ahli ibadah) jika dipuji merasa ketakutan, karena melihat pujian itu dari sesama makhluk, sebaliknya orang arif jika dipuji merasa gembira karena mengerti benar-benar bahwa pujian itu langsung dari Allah raja yang hak “

Karena itu Rasulullah mengajarkan secara umum : hamburkan  tanah di muka orang yang memuji-muji . Sebaliknya Rasulullah sendiri ketika dipuji  dengan kasidah oleh Hassan dan Ka’ab bin Zubair, Rasulullah SAW menunjukkan kegembiraan bahkan melemparkan mantel (surban) kepada Ka’ab bin Zubair. Itu menunjukkan tanda bahwa Rasulullah seorang yang Arif  bila ia tidak berubah dalam pujian maupun celaan orang, sebab yang diperhatikan  hanya semata-mata hubunganya kepada Allah.

Mudah-mudahan kita bisa menjaga hakekat hati kita pada saat menerima pujian dan mengembalikan segala pujian tersebut hanya kepada Allah semata, zat yang seharusnya berhak menerima segala pujian makhluknya.

Dalam keseharian kita sebagai seorang Hamba, sadar dan tidak sadar sering melakukan kesalahan dan perbuatan dosa. Perbuatan dosa yang berkepanjangan merupakan salah satu pertanda kekhilafan manuasia yang sering menganggab remeh suatu perbuatan. Sudah jelas Allah mengatur hukum Agama di muka bumi ini dengan mengutus banyak Nabi dan Rasul, namun masih ada saja manusia yang kurang beriman dan mengabaikan perintah tersebut. Manusia seperti ini dapat diartikan sebagai manusia yang tidak pandai berterimakasih atas segala nikmat yang diterimanya. Nikmat hidup, nikmat kesempurnaan ragawi, nikmat kesehatan dan nikmat Islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Manusia seperti apakah mereka ? “ Sebagian daripada tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih (susah) karena tertinggalnya suatu amal perbuatan kebaikan, kewajiban, juga tidak menyesal jika terjadi berbuat suatu pelanggaran dosa “ Dalam suatu hadist Rasulullah SAW bersabda : ” Siapa merasa senang oleh amal kebaikannya, dan merasa sedih/ menyesal atas perbuatan dosanya, maka ia seorang  mu’min (beriman) “

Suatu riwayat mengabarkan  ketika Abdullah bin Mas’ud ra berada dalam majelis Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seseorang turun dari kendaraannya dan mendekat kepada Nabi SAW dan berkata ,” Ya Rasulullah, saya telah melelahkan kendaraanku selama 9 hari, maka saya jalankan terus menerus selama 6 hari, tidak tidur diwaktu malam dan puasa pada siang hari, hingga lelah benar kendaraanku ini, keperluannya hanya untuk menanyakan kepadamu dua masalah yang telah merisaukan hatiku hingga tidak dapat tidur. Lalu ditanya oleh Nabi SAW : Siapakah engkau ? Jawabnya : Zaidul Khoil. Berkata Nabi : Engkau Zaidul Khoir, tanyakanlah kemungkinan sesuatu yang sukar itu aku sudah pernah ditanyainya. Berkata Zaid : Saya akan bertanya kepadamu tandanya orang yang disukai oleh Allah dan yang tidak disukai ( yang dimurkai) ?. Jawab Nabi SAW : Untung, untung, bagaimanakah keadaanmu kini hai Zaid. Jawab Zaid : Saya kini suka kepada amal kebaikan dan orang-orang yang melakukan amal kebaikan, bahkan sukan akan tersebarnya amal kebaikan itu, dan bila aku ketinggalan merasa menyesal dan  rindu kepada kebaikan itu, dan bila aku berbuat amal sedikit atau banyak, tetap saya yakin akan pahalanya. Jawab Nabi SAW : Ya itu, yaitulah dia, andaikan Allah tidak suka kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk melakukan yang lain dari itu, dan tidak akan peduli di jurang mana engkau akan binasa. Berkata Zaid : Cukup-cukup, lalu  ia berangkat kembali di atas kendaraannya.

Jangan sampai terasa bagimu kebesaran sesuatu dosa itu, hingga dapat merintangi engkau dari husnudh-dhan ( baik sangka) terhadap Allah SWT, sebab siapa yang benar-benar mengenal Allah SWT, maka akan menganggab kecil dosanya itu di samping keluasan kemurahan Allah

Merasa besarnya suatu dosa itu baik jika menimbulkan rasa ingin bertobat dan niat tidak akan mengulanginya lagi untuk selamanya. Tetapi bila merasa besarnya dosa menyebabkan putus dari rahmat Allah, merasa seolah-olah rahmat dan maaf Allah tidak akan dapat memaafkan padanya, maka perasaan demikian lebih bahaya baginya daripada dosa yang telah dilakukannya, sebab putus harapan dari rahmat Allah itu dosa besar dan itu perasaan orang kafir semata-mata.

Abdullah bin mas’ud berkata :”seorang mu’min melihat dosanya bagaikan bukit yang akan merubuhinya, sedang orang munafik melihat dosanya bagaikan lalat yang hinggap di ujung hidungnya,maka diusir dengan tangannya. Nabi SAW bersabda ,” Andaikan perbuatan dosa itu tidak lebih baik bagi seorang mu’min daripada ujub ( merasa sombong karena amal kebaikannya ), maka Allah tidak akan membiarkan seorang mu’min berbuat dosa untuk selamanya “. Ujub akan menjauhkan seorang hamba dari Allah,  sedang dosa itu menarik hamba mendekat kepada Allah. Ujub membuat hamba merasa besar diri, sedangkan dosa merasa kecil dan rendah diri di sisi Allah. “ Tidak ada dosa kecil jika Allah mengahadapi engkau dengan keadilannya, dan tidak berarti dosa besar jika Allah mengahadapimu dengan kurnia-Nya

Nabi SAW bersabda ,” Tidak ada artinya dosa besar jika disertai dengan istighfar ( minta Ampun ), dan tidak dapat dianggab dosa kecil jika dikerjakan terus menerus “. Sebagai penutup, ada sepenggal doa yang kiranya dapat kita jadikan tauladan untuk mengatasi matinya hati kita, yaitu  doa dari Yahya bin Mu’aadz ,” Tuhannku, jika Engkau kasih kepadaku, Engkau ampunkan semua dosaku, tetapi bila Engkau murka kepadaku tidak Engkau terima amal kebaikannku “. Semoga kita bersama ( terutama penulis pribadi) dapat mengambil hikmah dari tulisan ini dan berupaya untuk menjaga hati dari ujub dan riya.

Alhamdulillah bulan ramadhan kembali kita jumpai, pertanda bahwa kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk berbenah diri, membersihkan diri dari segala dosa dan khilafiah yang telah lakukan sebelumnya. Selain berpuasa, ada baiknya pula kita melakukan ibadah sunnah lainnya seperti  sholat Tarawih, tadarusan ( membaca Al Qur’an bersama-sama ) dan melakukan sedekah.

Saat beribadah puasa, ada doa-doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca sebagai amaliah setiap hari mulai hari pertama sampai terakhir. Doa tersebut adalah :

1. Doa yang dibaca  hari  1  sampai hari ke 10 Ramadhan

Allahummar Hamni Birahmatika ya ar Hammarrahimin”          artinya ” Ya Allah, kasih sayangilah hamba,dengan Rahmat-Mu, Wahai Tuhan Yang Maha Kasih Sayang ”

2. Doa yang dibaca hari ke 11 sampai denganhari ke 20 Ramadhan

Allahummagfirli Zunnubi Ya Rabbal Alamin

artinya ” Ya Allah, Ampunilah dosa-dosa hamba, wahai Tuhan seru  sekalian alam”

3. Doa yang dibaca hari 21 sampai dengan 30 Ramadhan

” Allahummag Tikni Minannar Waadhilnil Zannata Birahmatika ya Arhammar Rahimin “

Artinya ” Ya Allah, lepaskanlah hamba dari siksa api neraka, dan masukanlah hamba ke dalam surga dengan rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Kasih sayang “

Demikian yang dapat saya sampaikan semoga kita bersama dapat mengamalkannya dan memberi berkah selama kita berpuasa.

Sebagai seorang muslim sejak kenal kita sering diberikan petuah atau nasehat oleh  orang tua tentang perbuatan baik yang diberi ganjaran pahala dan masuk surga oleh Allah SWT. Sebaliknya kita juga diberi tahu bahwa setiap perbuatan buruk atau jelek akan diberi ganjaran dosa dan masuk neraka. Namun pernahkah kita merasakan bahwa amal perbuatan tadi diterima oleh Allah SWT.

Amal perbuatan baik dapat kita lakukan dengan sengaja,  dengan ikhlas hati namun tidak sedikit yang dilakukan dengan terpaksa untuk mendapatkan simpati atau menghindari tangung jawab semata. Amal sekecil apapun pasti akan diganjar oleh Allah walaupun sekecil biji sawi. ” Siapa yang dapat merasakan buah dari amal ibadahnya di dunia ini, maka itu dapat dijadikan tanda diterimanya amal  itu oleh Allah kelak ”

Buah dari amal ibadah di dunia ini ialah merasakan lezat manisnya amal itu, sehingga terasa sebgai nikmat yang tidak ada bandingnya. Beberapa ulama mengatakan, seperti Atabah Al-Gulam,” saya melatih diri sembanhyang malam 20 tahun, setelah saya baru merasakan nikamat bangun malam” . Ulama lainnya, Tsabit Al-Bunany ra berkata ,” saya berlatih membaca Al Qur’an 20 tahun setelah itu baru saya merasakan nikmat membaca Al Qur’an”.

Abu Turab berkata ,” Jika seorang bersunguh-sunguh dalam niat amalnya, dapat merasakan nikmat amal itu sebelum mengerjakannya, dan pabila ikhlasdalam melakukannya merasakan manisnya amal ketika melakukannya, dan amal demikian sifatnya itu,itu;lah amal yang diterima oleh Allah SWT.

Al Hasan berkata ,” Carilah manisnya amal pada tiga, maka bila kamu telah mendapatkannya bergembiralah dan teruskan mencapai tujuanmu, apabila belum kamu dapatnya ketahuilah bahwa pintu masih tertutup, yaitu ketika membaca Al Qur’an, ketika berdzikir dan ketika sujud “.  Adapula yang menerangkan : dan ketika bersedekah dan ketika bangun malam.

Lalu sejak kapankah kita telah merasa mengenal Allah?. Rasulullah SAW bersabda ,” Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya  disisi Allah, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam  hatinya. Maka sesungguhnya Allah menempatkan/mendudukan hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukan Allah dalam jiwanya (hatinya)”

Alfudhail bin Iyaadh ra. berkata,” Sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat kepada Allah itu hanya menurut kedudukannya disisi Allah,atau perasaan imannya terhadap  Allah, atau kedudukan Allah di dalam hatinya”.

Semoga kita bersama, terutama  saya pribadi , dapat mengambil hikmah tulisan ini dan  selalu berupaya menjalankannya.

Sebentar lagi bulan Ramadhan tiba. Untuk mempersiapkan diri menghadapi datangnya bulan puasa, ada baiknya kita melihat baberapa kebiasaan Rasullulah saat menjalankan ibadah puasa berdasarkan beberapa Hadist:

  1. Jika memasuki bulan Ramadhan, Rasullullah mengucapkan doa “ Allahumma barik lana fii Rajab wa Sya’ban wa barik lanaa fiRamadhan “ ( ya Allah limpahkanlah berkah atas kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan begitu pula di Bulan Ramadhan. HR:Ahmad)
  2. Aisyah berkata bahwa Rasullullah SAW menciumnya saat beliau berpuasa (HR: Muslim)
  3. 3. Aisyah berkata ,” Nabi Muhammad SAW bangun subuh di bulan Ramadhan dalam keadaan junub, bukan karena mimpi, lalu mandi kemudian berpuasa “ (HR: Bukhari)
  4. Amir bin Rabi’ah berkata “ Kulihat Rasullullah SAW selalu bersiwak saat berpuasa “ (HR:Tirmidji)
  5. Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW berbuka puasa dengan sejumlah korma sebelum sholat dan jika tidak ada korma beliau minum seteguk air ” (HR: Abu Dawud, juga dari Anas )
  6. Anas bin Malik berkata.” Nabi Muhammad SAW jika berbuka dengan seseorang mengucapkan “ Afthara’indakumus shaa imuun wa akala tha’makumul abraaru wa tanazzalat’alaikumul malaa ikatu “ ( Orang-orang berpuasa makan ditampat kalian dan orang-orang abrar memakan hidangan kalian dan para malaikat turun pada kalian.HR Ahmad )

Demikian beberapa Hadist yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat dan menjadi berokah bagi kita semua ( dikutip dari buku : Kebiasaan Rasuullah SAW pengarang Muhammad Khalid Abri ; 2002 )

75 DOSA BESAR

Dosa besar jumlahnya berbeda -beda menurut pendapat para ulama. Ada yang menyatakan 4 dan 7 menurut Hadist riwayat Bukhari dan Muslim. Ada pula yang membagi 2, yaitu yang dihukum di dunia dan diancam azab di akhirat.

Berikut ini adalah dosa-dosa besar menurut kitab Al Kabair karya Syamsudin Adz Dzahabi yang semuanya berjumlah 75 dosa besar. Dosa-dosa besar yang dimaksud adalah :

  1. Menyekutukan Allah (Syirik)
  2. Membunuh orang dengan sengaja
  3. Sihir
  4. Meninggalkan sholat Fardlu
  5. Enggan membayar zakat
  6. Tidak puasa Ramadhan tanpa alasan
  7. Enggan menunaikan haji
  8. Durhaka kepada kedua orang tua
  9. Menjauhi kerabat ( Memutus hubungan silaturahmi )
  10. Zina
  11. Homoseksual
  12. Riba
  13. Memakan harta anak  yatim dengan cara zalim
  14. Dusta
  15. Melarikan diri dari peperangan
  16. Pemimpin yang menipu rakyat
  17. Berlaku sombong
  18. Kesaksian palsu
  19. Minum minuman keras
  20. Judi
  21. Menuduh zinah kepada perempuan baik
  22. Khianat dalam harta rampasan perang
  23. Mencuri
  24. Merampok
  25. Sumpah palsu
  26. Berbuat zolim
  27. Membantu berbuat zolim
  28. Memperoleh kekayaan dengan cara haram
  29. Bunuh diri
  30. Suka berbuat dusta
  31. Hakim yang durhaka
  32. Menyuap dalam masalah hukum
  33. Perempuan  menyerupai laki-laki dan sebaliknya
  34. Mengasuh keluarga dalam dosa
  35. Kawin dengan dasar cinta buta
  36. Sisa kencing yang tidak dibersihkan
  37. Riya ( Pamer)
  38. Menyembunyikan ilmu
  39. Khianat
  40. Mengungkit-ungkit pemberian
  41. Mengingkari takdir
  42. Menyelidiki rahasia orang (Tajassus)
  43. Mengadu domba ( Namimah)
  44. Mengutuk orang muslim
  45. Mengingkari janji
  46. Percaya kepada dukun dan tukang ramal
  47. Nusyuz seorang perempuan terhadap suami
  48. Menggambar patung dan makhluk hidup lainnya
  49. Meratapi orang mati ( Niyahah)
  50. Berperangai jelek
  51. Zalim terhadap orang yang lemah
  52. Menyakiti hati tetanga
  53. Menyakiti dan mencaci maki orang Islam
  54. Durhaka terhadap hamba Allah
  55. Mengagumi diri dan sombong dengan berpakaian yang berlebih-lebihan
  56. Menyembelih binatang untuk sesajen
  57. Hamba sahaya melarikan diri dari tuannya
  58. Memalsukan keturunan
  59. Menentang kebenaran
  60. Enggan memberikan kelebihan air
  61. Mengurangi Timbangan dan Takaran
  62. Berbuat dosa tetapi merasa aman dari kemurkaan Allah
  63. Meninggalkan jamaah sholat Jum’at
  64. Curang dalam berwasiat
  65. Tipu daya
  66. Mencaci orang Islam dan membeberkan rahasianya
  67. Makan dan minum pada bejana  emas dan perak
  68. Mencela sahabat Nabi Muhammad SAW
  69. Buang air besar ditempat berteduh
  70. Kencing di tempat air untuk mandi
  71. Nifak :  sifat yang berbeda antara lahir dan bathin
  72. Lupa kepada Allah
  73. Kikir
  74. Memakan empat makanan yang diharamkan: bangkai, Daging babi, darah dan daging binatang yang disembelih selain nama Allah
  75. Kufur kepada Allah                                                                                                                                            Setelah kita mengetahui 75  macam dosa besar tersebut dan kita mungkin termasuk diantaranya, ada baiknya kita segera bertobat untuk menghindari murka dan azab Allah SWT karena Allah berjanji  akan segera menghapuskan dosa-dosa kita bila kita segera menyadari kesalahan dan bertobat serta berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

DOSA-DOSA BESAR

Sebentar lagi kita insya Allah akan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, bulan penuh barokah dan pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT. Menyambut datangnya bulan suci tadi, ada baiknya kita mengenal dosa-dosa yang pernah kita lakukan sebelumnya, baik disengaja maupun tidak sengaja. Dosa-dosa kita tadi secara hakikat dapat dibagi 2, yaitu dosa kecil dan dosa besar. Keduanya sama-sama dilarang Allah. Dosa kecil yang berketerusan akan sangat dibenci Allah dibandingnya dosa besar namun segera bertobat dan berjanji tidak mengulangi ( Taubatannasuha). Pembahasan berikut menitik beratkan pada dosa besar karena dosa besar merupakan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya yang tercantum jelas di dalam Al Qur’an dan Alhadits serta Atsar dari para Ulama yang saleh.
Para Ulama berbeda pendapat tentang jumlah daripada dosa-dosa besar itu. Dalam salah satu hadist disebutkan Rasullullah bahwa dosa besar ada 7, yaitu :
1. Menyekutukan Allah SWT
2. Melakukan sihir
3. Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali ada alasan yang
benar
4. Memakan harta anak yatim
5. Memakan riba
6. Melakukan diri dari peperangan
7. Menuduh Zinah kepada perempuan terhormat beriman yang lupa (HR.Bukhari dan Muslim)

Hadist lainnya menyebutkan dosa-dosar besar diantaranya :
1. Menyekutukan Allah SWT
2. Berani kepada kedua orang tua
3. Ucapan dusta
4. Sumpah Palsu (HR.Bukhari dan Muslim)
Imam Adz-Thabari mengatakan,dosa besar itu ialah semua perbuatan berat, yang dihukum had di dunia, misalkaan membunuh, berbuat zina, mencuri. Atau yang diancam azab di akhirat dan mendapat murka atau laknat Allah, semuanya itu termasuk dosa besar.
Jadi, dosa besar itu bertingkat-tingkat lagipula jumlahnya tidak pasti. Adapun yang paling besar adalah syirik kepada Allah SWT, sebab perbuatan syirik itu tidak akan diampuni Allah SWT selama ia belum bertobat. Firman Allah SWT :
sesunguhnya Allah tidak akan mengampuni orang-orang yang menyekutukan-Nya dan dia mengampuni selain itu bagi oarng-orang yang dikehendaki-Nya ” (QS.An-Nisaa’ :48)

Hak Orang Sakit

antri pendataranSebagai manusia yang diberi kesempurnaan dan kesehatan oleh Tuhan, orang sakit selama sakitnya tentu mempunyai hak dan kewajiban. Kewajiban orang sakit telah kita jelaskan pada uraian sebelumnya. Berikut ini kami hanya akan menjelaskan hak-hak orang sakit bila dipandang dari sudut sebagai anggota masayarakat
Ada dua hak orang sakit yang harus dipenuhi oleh anggota maayarakat atau keluarganya. Hak orang sakit yang pertama dan yang utama adalah bebas dari segala tanggung jawab sosial yang normal. Artinya orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan sehari-hari yang biasa dia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah selalu mutlak, tergantung tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut.
Apabila tingkat keparahan sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak perlu menuntut haknya. Dan seandainya menuntut haknya harus tidak secara penuh. Maksudnya, ia tetap berada dalam posisinya tetapi perananya dikurangi, dalam arti volumne dan frekuensi kerjanya dikurangi.
Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut harus dituntutnya, misalnya menderita penyakit menular seperti flu babi, flu burung, chikungunya dan sebagainya. Hak tersebut haruslah dituntut karena bila tidak akan dapat menimbulkan konsekuensi ganda, yaitu disamping produktivitas kerja menurun atau bahkan dapat menambah beratnya penyakit, penyakit yang dideritanyapun berpotensi menular kepada kepada rekan kerja bahkan keluarganya
Kepada siapa hak tersebut dapat dituntut. Pertama sebagai anggota keluarga tuntutan hak tersebut tentu saja kepada anggota keluarga lainnya. Selanjutnya anggota keluarga yang lain menruskan tuntutan kepada masyrakat dimana saja si penderita mendapatkan posisi dan peranan
Tuntutan kedua adalah kepada organisai ketja (Tempat kerja). Tuntutan ketiga adalah kepada organisasi –organisai masyarakat dimana penderita menduduki posisi dan peranan tertentu
Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan kepada orang lain. Didalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posis I yang lemah, lebih-lebih bila sakitnya berada dalam derajat keparahan yang tinggi. Di pihak lain. orang sakit dituntut kewajibannya untuk sembuh dan juga ditutntut untuk segera kembali berperan dalam sistem sosial..Dari situlah dia berhak dibantu dan dirawat agar cepat memperoleh kesembuhan. Anggota keluarga dan anggota masyarakat berkewajiban untuk membantu dan merawatnya. Oleh karena tugas penyembuhan dan perawatan memerlukan suatu keahlian tertentu, maka tugas ini didelegasikan kepada lembaga-lembaga masyarakat atau individu tertentu seperti dokter, perawat, bidan dan petugas kesehatan lainnya. Pemerintah dalam hal ini juga sebagai penyelenggara pelayanan sosial berkeweajiban untuk memberikan hak-hak pemyembuhan dan perawatan kepada anggotanya yang sedang sakit

orang sakitKita sering mendengar orang berbicara tentang adanya kerabat, sahabat atau saudara kita yang menderita sakit. Ada yang akut (mendadak) namun tidak sedikit pula yang kronis ( menahun). Penderita sakit menahun ini sering kita sebut dengan orang yang berpenyakit (having a disease), sangat berbeda dengan orang yang sakit (having a illness).
Orang yang berpenyakit merupakan kondisi patologis seseorang yang dinilai secara obyektif , sedangkan sakit adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat-sakit.
Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan berubahnya peranan orang tersebut di masyarakat. Kita lihat saja orang yang berpenyakit Hipertensi, Kencing manis, rematik, Astma dan sebagainya, peranan mereka di masyarakat sebagian besar masih bagus bahkan kadang mereka malu dikatakan tidak “mampu” . Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan peranannya di dalam masyarakat maupun didalam lingkungan keluarganya. Jelasnya orang sakit memasuki posisi baru dan posisi baru ini menuntut adanya suatu peranan yang baru pula.
Peranan baru orang sakit tadi adalah mendapatkan pengakuan dan dukungan dari anggota masyarakat dan anggota keluarga yang sehat secara wajar. Sebab dengan sakitnya dia maka akan ada lowongan posisi yang menyebabkan mekanisme sistem dalam keluarga atau masyarakat akan terganggu. Kadang, peranan orang yang sakit tersebut sangat luas sehingga peranan yang ditinggalkannya tidak mungkin digantikan oleh satu orang saja. Hal ini mengingat pula orang yang menggantikan tersebut sudah mempunyai posisi dan peranan sendiri.
Kita ambil contoh. Kalau seorang guru menderita sakit, maka peranannya tersebut dapat saja digantikan sementara oleh guru lainnya. Berbeda bila yang sakit adalah seorang Kepala Negara, Kepala daerah,

Kita tentunya sering melihat orang sakit yang terbaring di RS atau tempat tidurnya. Sebagai orang sakit, mereka tentu mempunyai hak untuk dilayani dan bebas dari segala tanggung jawab sosial yang normal.Karena alasan inilah, kadang kebanyakan orang sering menjadikan sakit sebagai alasan untuk melepaskan tanggung jawab atau masuk kerja. Begitu mudahnya sakit dijadikan alasan bahkan dapat menunda sebuah persidangan, rapat, pertemuan penting bahkan sebuah pernikahan yang sebelumnya sudah mempunyai perencanaan matang dengan biaya yang tak sedikit. Lalu apakah orang sakit hanya mempunyai hak saja. Ternyata tidak, orang sakit juga harus menjalani kewajibannya yaitu kewajiban sebagai orang sakit.Apaan ya.
Kewajiban orang sakit secara umum ada dua, yaitu :
1. Kewajiban untuk sembuh dari penyakitnya
Memperoleh kesembuhan bukanlah hak penderita, tetapi kewajiban penderita. Mengapa? karena manusia diberi kesempurnaan dan kesehatan oleh Tuhan. Secara alamiah manusia itu sehat.Adapun menjadi sakit sebernarnya merupakan kesalahan manusia sendiri.Oleh karenanya, bila jatuh sakit maka ia berkewajiban untuk mengembalikan posisinya kedalam keadaan sehat.jadi jangan enak-enakan saja kalau sakit karena ternyata mempunyai kewajiban untuk sembuh
2. Kewajiban untuk mencari pengakuan, nasihat-nasihat dan kerjasama dengan para ahli dalam hal ini adalah petugas kesehatan yang ada di dalam masyarakat
Kewajiban yang kedua ini penting agar anggota masyarakat yang lain dapat menggantikan posisinya dan melakukan peranan-peranannya selama ia dalam keadaan sakit. Pengakuan ini misalnya dapat diwujudkan dengan pemberian cuti sakit atau izin tidak masuk kerja,baik secara formal dan informal. Pentingnya mencari nasihat dan kerjasama adalah dalam rangka kewajibannya yang pertama, yakni agar memperoleh kesembuhan yang secepat mungkin
Setalah kita mengetahui kewajiban orang sakit,maka mulai sekarang marilah kita untuk tidak selalu menjadikan sakit sebagai alasan belaka untuk menghindari suatu tanggung jawab. Tidak masuk kerja dengan alasan sakit kalau tidak benar sama saja hakekatnya kita mendoakan lebih dulu agar diri kita terkena penyakit…mauu ? selain itu, semakin lama kita tidak masuk kerja maka semakin menumpuk pula beban kerja yang harus diselesaikan. Bisa jadi jabatan juga akan hilang bila terlalu lama sakit karena kita dinilai orang sudah turun produktivitasnya. Jadi marilah kita berlomba-lomba menjaga kesehatan karena sehat itu mahal, sehat itu indah dan sehat itu rahmat.